BBM Satu Harga Tetap Lanjut Meski Harga Minyak Dunia Tinggi
Unit BBM Satu Harga hadir di Desa Sukajadi, Lalan, pelosok Sumatera Selatan (Sumsel).
Jakarta - Harga minyak mentah dunia selama 3 bulan terakhir sudah menembus level US$ 80 per barel, begitupun nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) masih di angka Rp 15.222. Meski harga minyak dunia sedang mahal serta dolar tengah perkasa program penyaluran BBM satu harga akan tetap berlanjut.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito menjelaskan, program penyaluran BBM satu harga merupakan program yang akan berlanjut meski harga minyak dunia dan dolar AS sedang tinggi.
"Sebenarnya gini ya, BBM satu harga ini kan di daerah terluar, tedepan dan tertinggal (3T) itu memang distribusinya sulit. Tapi, volumenya kecil, satu bulan nggak sampai paling 40-50 kilo liter, jadi memang volume itu kecil," jelas dia kepada detikFinance, Senin (30/10/2018).
Pembiayaan yang dikeluarkan PT Pertamina untuk realisasi di tahun pertama untuk membangun 54 jaringan SPBU penyalur BBM satu harga yaitu Rp 800 miliar. Ia mengaku pembiayaan untuk membangun 67 titik di tahun 2018 biayanya akan dua kali lipat.
"Kalau kita bandingkan dengan angkanya aja ya tahun lalu, itu dengan 54 titik itu kita biayanya sekitar Rp 800 miliar artinya kalau dibandingkan dengan volume yang lain itunya kecil. Kalau tahun ini kan 67 bisa hampir dua kali lipatnya," ungkap dia.
Ia menjelaskan,biaya yang dikeluarkan merupakan biaya dari pengadaan dan segala kebutuhan SPBU satu harga di kawasan 3T. Prediksinya dalam durasi tiga tahun biaya untuk pengadaan 150 lokasi penyaluran BBM satu harga, Pertamina harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 3,8 triliun.
"Rp 800 miliar itu untuk semuanya, mulai dari transportasi semua lah untuk biayanya dari situ. Tahun lalu kan 54 itu biayanya Rp 800 miliar. Kemudian ini dari target 67 titik tahun ini kan baru realisasi 58 titik bisa dua kali lipat dari biaya tahun 2017, kalau semua tercapai sesuai target pemerintah sampai tahun 2019 itu 150 titik biaya pengerjaannya bisa mencapai Rp 3,8 triliun," jelas dia.
Ia menjelaskan, sejak diberi tugas oleh pemerintah pusat sejak tahun 2016 pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai sektor untuk menentukan lokasi pembangunan SPBU yang sesuai.
"Insyaallah bisa menjual BBM satu harga meski minyak dunia saat ini tengah mahal. Alasannya bukan soal volumenya kecil tapi ini adalah program kebangsaan. Ini programnya pemerintah bukan masalah untung rugi. Mengenai tempat semua koordinasi, itu 150 titik untuk 3 tahun jadi semua sudah ada kajiannya," papar dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pengadaan program ini jangan dilihat dari aspek pengeluaran yang dilakukan, namun harus juga dilihat dari multiplier effect di sektor ekonomi yang bisa berkembang dari program pembangunan di kawasan 3T.
"Dengan adanya BBM satu harga ,jangan kita hanya melihat dari pengeluaran, tapi kan nggak pernah dilihat ekonominya bertumbuh dan multiplayer effecy-nya berapa kan kita nggak pernah lihat. Jadi yang tadinya nggak ada industri perikanan jadi ada nelayan jadi ada industri ini itu, ada anak sekolah yang malam hari bisa belajar. Jadi bukan semata-mata uang yang keluar," ungkap dia.
Link : https://m.detik.com/finance/energi/d-4282217/bbm-satu-harga-tetap-lanjut-meski-harga-minyak-dunia-tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar