Fitch: Hati-hati, Risiko Mengintai dari Booming KPR China
Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya China mengalihkan motor ekonominya dari investasi ke konsumsi berujung pada lonjakan kredit pemilikan rumah (KPR), yang berujung terciptanya situasi booming KPR serupa dengan situasi menjelang krisis ekonomi Asia 1997.
Perusahaan pemeringkat global Fitch Ratings dalam laporan berjudul "Household Debt in China: Continued Boom Amid Deleveraging Push" menyebutkan utang rumah tangga China naik mencapai 50% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir 2017, melesat dari 20% pada 2008. Kenaikan tersebut dipicu oleh spekulasi rumah tangga selama 1 dekade terakhir, yang coba diatasi pemerintah dengan penerapan standard KPR.
"Jika loncatan pertumbuhan utang rumah tangga berlarut, apalagi disertai pelonggaran standard kredit, maka kerentanan bisa menerpa sistem keuangan China dan membuatnya berpotensi terkena guncangan," tulis analis Fitch Jack Yuan dan Andrew Fernell dalam laporan yang diriilis pada Selasa (27/3/2018).
Perusahaan pemeringkat global itu memprediksi utang rumah tangga China mencapai 82% dari pendapatan yang siap dibelanjakan masyarakatnya pada akhir 2017, naik dari 31% pada akhir 2008. "Ini adalah pencapaian signifikan, karena negara dengan perekonomian besar biasanya perlu berpuluh-puluh tahun untuk bisa mencapai kenaikan tersebut," tulis Fitch.
Namun secara historis, Fitch melanjutkan bahwa kenaikan dengan skala secepat itu dulu juga dibukukan oleh Thailand, Malaysia, dan Korsel menjelang krisis Asia 1997. Jika rasio tersebut terus naik 9 poin persen per tahun seperti yang telah dicatatkan China sejak 2015, maka angka tersebut akan mencapai 100% pada 2020, melampaui Jepang (99%) dan mendekati Amerika Serikat (AS) sebesar 105%.
Kondisi China sekarang juga mirip dengan situasi pada 2008 di AS, ketika rasio utang rumah tangga terhadap PDB negara adidaya itu naik 33 poin dalam 10 tahun menjelang krisis 2008. China saat ini mencatat kenaikan rasio utang rumah tangga terhadap PDB sebesar 30 poin dalam 1 dekade terakhir.
Namun, perlu dicatat bahwa nilai absolut utang rumah tangga China sebesar 50% PDB, masih jauh lebih rendah dari AS dan negara maju lain seperti Jepang (57%) dan Korea Selatan (94%), serta negara-negara berkembang seperti Thailand (69%) dan Malaysia (68%).
"Fitch percaya standard kredit untuk produk KPR masih dalam batas aman di tengah kenaikan pesat rasio utang rumah tangga China, dan upaya pengetatan setahun terakhir. Ini membuat perbandingan langsung dengan AS jelang krisis keuangan [2008] jadi kurang sesuai," tulis Fitch.
Hanya saja, kondisi bisa berubah drastis jika perekonomian China tertekan sehingga menekan harga properti. Apalagi, 70% kekayaan bersih rumah tangga di China terkait dengan real estate. Koreksi tajam harga properti akan memaksa mereka memangkas konsumsi.
"Sejarah krisis keuangan menunjukkan bahwa penilaian kolateral properti bisa menipu, karena nilainya sangat berfluktuasi bergantung pada siklus ekonomi," demikian Fitch.
Link : https://www.cnbcindonesia.com/news/20180327150005-4-8752/fitch-hati-hati-risiko-mengintai-dari-booming-kpr-china
Tidak ada komentar:
Posting Komentar