Sejarah pendirian Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan
oleh Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat.
Masjid Agung Pasuruan atau disebut Masjid Jami Al Anwar
Pasuruan dibangun oleh Adipati
Nitidiningrat IV (1751-1799) pada masa kekuasaannya di Pasuruan. Masjid
tersebut berada di sebelah Barat Alun-alun Pasuruan.
Mesjid Agung Jami'
Al Anwar Pasuruan memilki luas mencapai 3.770 meter persegi dan termasuk
komplek pemakaman Surga Surgi (Raja Nitiadiningrat) dan KH Abdul Hamid yang
terletak di belakang mesjid tersebut.
Tanah Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan, Alun - alun
dan Pendopo Pasuruan merupakan tanah pemberian dari Kasunanan Surakarta kepada
kadipaten Pasuruan atau Nitiadiningrat.
Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat IV merupakan cicit dari
Kanjeng Pangeran I / Pangeran Grudo yang memiliki Ibu yaitu NYAI BERI yang
merupakan istri dari Pakubowono II Kartosuro.
Adapun silsilah sebagai berikut :
Kanjeng Pangeran Nitiadingrat I merupakan keturuanan dari
Pakubowono II Kartosuro / Amangkurat
Djowo (Kasunanan Surakarta / Solo ) bin Pakubowono I/Pangeran Puger bin Sultan
Agung (Pangeran Rangsang) bin Sunan Sedokrapyak.
Dalam sejarah pemerintahan Nitiadiningrat :
1. Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat I memiliki kedekatan
dengan VOC yang dapat terlihat dari lambang kerajaan Nitiadiningrat tercantum
simbol Singa (Simbol VOC).
2. Penataan Kota Pasuruan merupakan tata kota masa kolonial
Belanda.
Pada saat pembangunan Masjid Jami' Al - Anwar Kota
Pasuruan, Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat IV mewakafkan Masjid tersebut dan
menunjuk Nadzir (Pengelola Wakaf) yaitu KH. Hasan Sanusi (Mbah Slagah) dan
ditunjuklah Takmir Masjid oleh Nadzir yaitu Bani Sahal.
Pada saat ini Nadzir
dan Takmir Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan sudah mulai tersingkir dalam
pengelolaan Masjid sehingga diperlukan langkah untuk penegasan kembali oleh
keturunan dari Nitiadiningrat kepada Bani Mbah Slagah yang akan dirangkai dalam
kegiatan Sungkeman Agung Surga - Surgi yang dihadiri oleh KGPH. Benowo selalu
adik Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Pakubowono XII yang akan
dilaksanakan pada bulan Juni 2023.
Adapun kegiatan Sungkeman Agung Surga - Surgi dalam bentuk
pawai budaya yang dipadukan dengan kegiatan agama yang bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat terkait SEJARAH PASURUAN dan melestarikan budaya
Nusantara yaitu budaya Tari Bedaya yang saat ini mulai terkikis oleh budaya Luar.
Kalimat penutup penulis :
Kebudayaan merupakan identitas Nasional suatu bangsa.
Identitas Nasional bangsa dapat dikatakan sebagai keunikan, karakteristik, atau
kecirikhasan, agar suatu bangsa tersebut dapat dibedakan dengan bangsa lainnya.
حب الوطن من
hubbul-wathan minal-iman, artinya : mencintai bangsa
merupakan tanda keimanan.
NKRI harga Mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar