Rabu, 08 Maret 2023

Sejarah - Sejarah pendirian Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan oleh Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat




Sejarah pendirian Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan oleh Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat.


Masjid Agung Pasuruan atau disebut Masjid Jami Al Anwar Pasuruan  dibangun oleh Adipati Nitidiningrat IV (1751-1799) pada masa kekuasaannya di Pasuruan. Masjid tersebut berada di sebelah Barat Alun-alun Pasuruan.

Mesjid Agung Jami'  Al Anwar Pasuruan memilki luas mencapai 3.770 meter persegi dan termasuk komplek pemakaman Surga Surgi (Raja Nitiadiningrat) dan KH Abdul Hamid yang terletak di belakang mesjid tersebut.

Tanah Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan, Alun - alun dan Pendopo Pasuruan merupakan tanah pemberian dari Kasunanan Surakarta kepada kadipaten Pasuruan atau Nitiadiningrat.

Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat IV merupakan cicit dari Kanjeng Pangeran I / Pangeran Grudo yang memiliki Ibu yaitu NYAI BERI yang merupakan istri dari Pakubowono II Kartosuro.

 


Adapun silsilah sebagai berikut :

Kanjeng Pangeran Nitiadingrat I merupakan keturuanan dari Pakubowono II Kartosuro /  Amangkurat Djowo (Kasunanan Surakarta / Solo ) bin Pakubowono I/Pangeran Puger bin Sultan Agung (Pangeran Rangsang) bin Sunan Sedokrapyak.

 

Dalam sejarah pemerintahan Nitiadiningrat :

1. Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat I memiliki kedekatan dengan VOC yang dapat terlihat dari lambang kerajaan Nitiadiningrat tercantum simbol Singa (Simbol VOC).

2. Penataan Kota Pasuruan merupakan tata kota masa kolonial Belanda.

 

Pada saat pembangunan Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan, Kanjeng Pangeran Nitiadiningrat IV mewakafkan Masjid tersebut dan menunjuk Nadzir (Pengelola Wakaf) yaitu KH. Hasan Sanusi (Mbah Slagah) dan ditunjuklah Takmir Masjid oleh Nadzir yaitu Bani Sahal.

Pada saat ini  Nadzir dan Takmir Masjid Jami' Al - Anwar Kota Pasuruan sudah mulai tersingkir dalam pengelolaan Masjid sehingga diperlukan langkah untuk penegasan kembali oleh keturunan dari Nitiadiningrat kepada Bani Mbah Slagah yang akan dirangkai dalam kegiatan Sungkeman Agung Surga - Surgi yang dihadiri oleh KGPH. Benowo selalu adik Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sinuhun Pakubowono XII yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2023.

Adapun kegiatan Sungkeman Agung Surga - Surgi dalam bentuk pawai budaya yang dipadukan dengan kegiatan agama yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait SEJARAH PASURUAN dan melestarikan budaya Nusantara yaitu budaya Tari Bedaya yang saat ini mulai terkikis oleh budaya Luar.

 

Kalimat penutup penulis :

 

Kebudayaan merupakan identitas Nasional suatu bangsa. Identitas Nasional bangsa dapat dikatakan sebagai keunikan, karakteristik, atau kecirikhasan, agar suatu bangsa tersebut dapat dibedakan dengan bangsa lainnya.

 حب الوطن من

hubbul-wathan minal-iman, artinya : mencintai bangsa merupakan tanda keimanan.

NKRI harga Mati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar